Wednesday, March 11, 2015

EGOIS


Setiap pagi saat saya harus pergi ke warung  membeli sayur mayur untuk bekal makan siang suami dan anak,  Saya selalu bertemu dengan seorang wanita muda yang membawa binatang peliharaannya untuk membuang hajat nya di jalan, di tempat umum, hanya karena jalan tersebut tikungan dan di waktu – waktu tertentu agak sepi, come on, ini jalan umum lho, banyak anak sekolah yang lalu lalang termasuk anak saya dan teman teman nya  bersepeda ria. Bayangkan  kotoran itu terinjak atau terseret oleh sepatu anak –anak sekolah atau terlindas sepeda anak-anak yang melewati daerah itu.  Itu adalah najis besar yang pencucian nya harus tujuh kali , yang salah satu nya harus dengan tanah. Saya geleng kepala sambil menerka-nerka apa yang ada dalam kepala nya sampai berlaku seegois itu.  Baik lah dia memang tidak mengerti Najis, tapi mestinya jika  memang dia ingin memeliahara binatang , ya semua  manfaat dan resiko harus di terima termasuk mau menerima pekarangan rumah nya di “kotori” oleh hewan peliharaannya itu.

Masih di tikungan yang sama, saya juga sering menemukan se-plastik sampah yang awal nya saya kira itu tak sengaja terjatuh, akan tetapi rupanya kantong plastik itu bukan tak sengaja jatuh di sana melainkan sengaja di taruh oleh lagi lagi orang “Egois” yang saya tidak mengerti di mana akal sehat nya di simpan.  Saya perhatikan setiap pagi akan ada kantong plastik yang berbeda. Dan dengan terpaksa abang sampah yang biasa mengambil sampah dari warga dengan bayaran, akan mengangkut  sampah itu di tengah jalan dengan gratis. Ah mungkin orang itu tidak punya uang untuk membayar iuran sampah yang sebesar  dua puluh ribu perbulan, tapi saya rasa bukan itu alasannya, karena saya sedikit bisa mengidentifikasi kemampuan financial  orang yang egosi tersebut dari sampah yang kadang terkoyak lalu tercecer di jalanan.

Terkadang saya resah sendiri, ingin berbuat sesuatu untuk menyadarkan dua pelaku tersebut  tapi merasa bukan kapasitas saya, menegur warga yang tidak bertanggung jawab dan sedikit meresahkan. Saya tidak bilang “bukan urusan saya” lho ya :)  .   Mudah-mudahan kedepan saya mendapat kan cara yang baik untuk memperbaiki hal ini.  Misalkan dengan melapor ke ketua RT atau apalah nanti .

Berkaca dari dua pelaku yang “Egois” tersebut .  Saya jadi  merenung, apakah selama ini keberadaan saya dan tindakan saya membuat nyaman orang orang sekitar saya atau sebalik nya ? katakanlah saya tidak membiarkan hewan peliharaan saya membuang hajat di tempat umum  dan tidak  meninggalkan sampah di jalan umum , tapi apakah tidak ada hal lain yang atas perbuatan saya, ada orang yang kesal atau bahkan sampai membenci saya. Apakah ada juga seseorang yang ingin menegur saya tapi tidak punya keberanian karena merasa bukan kapasitas nya.

Jika saja jawaban nya “ya ,ada” atau  “ Ya, banyak” .  Semoga orang yang jadi korban ke “Egois”an saya bisa memaafkan saya dengan tulus.  Dan bisa menegur saya tanpa sungkan. ( amin )