Setiap pagi saat saya harus pergi ke
warung membeli sayur mayur untuk bekal makan
siang suami dan anak, Saya selalu bertemu
dengan seorang wanita muda yang membawa binatang peliharaannya untuk membuang
hajat nya di jalan, di tempat umum, hanya karena jalan tersebut tikungan dan di
waktu – waktu tertentu agak sepi, come on, ini jalan umum lho, banyak anak
sekolah yang lalu lalang termasuk anak saya dan teman teman nya bersepeda ria. Bayangkan kotoran itu terinjak atau terseret oleh sepatu
anak –anak sekolah atau terlindas sepeda anak-anak yang melewati daerah itu. Itu adalah najis besar yang pencucian nya
harus tujuh kali , yang salah satu nya harus dengan tanah. Saya geleng kepala
sambil menerka-nerka apa yang ada dalam kepala nya sampai berlaku seegois itu. Baik lah dia memang tidak mengerti Najis, tapi
mestinya jika memang dia ingin
memeliahara binatang , ya semua manfaat
dan resiko harus di terima termasuk mau menerima pekarangan rumah nya di “kotori”
oleh hewan peliharaannya itu.
Masih di tikungan yang sama, saya juga
sering menemukan se-plastik sampah yang awal nya saya kira itu tak sengaja
terjatuh, akan tetapi rupanya kantong plastik itu bukan tak sengaja jatuh di sana melainkan sengaja di
taruh oleh lagi lagi orang “Egois” yang saya tidak mengerti di mana akal sehat
nya di simpan. Saya perhatikan setiap
pagi akan ada kantong plastik yang berbeda. Dan dengan terpaksa abang sampah
yang biasa mengambil sampah dari warga dengan bayaran, akan mengangkut sampah itu di tengah jalan dengan gratis. Ah mungkin
orang itu tidak punya uang untuk membayar iuran sampah yang sebesar dua puluh ribu perbulan, tapi saya rasa bukan
itu alasannya, karena saya sedikit bisa mengidentifikasi kemampuan financial orang yang egosi tersebut dari sampah yang
kadang terkoyak lalu tercecer di jalanan.
Terkadang saya resah sendiri, ingin
berbuat sesuatu untuk menyadarkan dua pelaku tersebut tapi merasa bukan kapasitas saya, menegur warga
yang tidak bertanggung jawab dan sedikit meresahkan. Saya tidak bilang “bukan
urusan saya” lho ya :) . Mudah-mudahan
kedepan saya mendapat kan
cara yang baik untuk memperbaiki hal ini. Misalkan dengan melapor ke ketua RT atau
apalah nanti .
Berkaca dari dua pelaku yang “Egois” tersebut
. Saya jadi merenung, apakah selama ini keberadaan saya
dan tindakan saya membuat nyaman orang orang sekitar saya atau sebalik nya ? katakanlah
saya tidak membiarkan hewan peliharaan saya membuang hajat di tempat umum dan tidak meninggalkan sampah di jalan umum , tapi apakah
tidak ada hal lain yang atas perbuatan saya, ada orang yang kesal atau bahkan
sampai membenci saya. Apakah ada juga seseorang yang ingin menegur saya tapi
tidak punya keberanian karena merasa bukan kapasitas nya.
Jika saja jawaban nya “ya ,ada”
atau “ Ya, banyak” . Semoga orang yang jadi korban ke “Egois”an
saya bisa memaafkan saya dengan tulus. Dan
bisa menegur saya tanpa sungkan. ( amin )