Wednesday, February 4, 2015

SAKIT MU TAK SEBERAPA



Hampir satu tahun saya harus menjalani ini, bulak balik ke rumah sakit menjalani serangkaian terapi , merasakan lama menunggu giliran mendapat pelayanan dokter ,atau  merasakan sakit nya di sengat lebah dan pijatan di klinik pengobatan alternative, juga harus  disiplin olah raga demi mendapatkan kesembuhan. Jenuh ? ya . apalagi mengingat biaya untuk penyembuhan penyakit HNP atau syaraf kejepit bagi saya tidak murah, tapi dukungan keluarga terutama suami saya begitu besar dan karena  rasa cinta saya pada anak  begitu  tak terlukiskan, itu yang membuat saya  menjalani ini dengan semangat dan mudah mudahan ikhlas, semoga sakit saya menjadi penggugur dosa-dosa saya yang telah lalu dan yang akan datang .

Pertemuan yang tak di sengaja tapi pasti itu skenario Alloh, pertemuan pertama yang dramatis dan menjadi teguran untuk saya pribadi , juga pertemuan yang amat saya syukuri karena saya telah memiliki guru baru. Guru itu adalah sebuah keluarga, Ibu, Kakak, Adik dan sang Bu de yang dalam kesempitan nya mereka semua semangat menuntut ilmu. karena mereka yakin dengan pertolongan Alloh. Mengapa saya katakan mereka dalam kesempitan?. Setelah semua peserta memperkenalkan diri dan mendapat tausiyyah dari mentor yang menyemangati. Tiba tiba sang kakak dari “keluarga” itu jatuh pingsan lalu mengalami kejang-kejang, dari gejalanya saya bisa menyimpulkan Kakak itu mengidap epilepsy. Awal nya sang menthor dan peserta lain termasuk saya  panik luar biasa namun saya dapat melihat mereka (keluarga )sudah terbiasa dengan situasi seperti itu, saya bisa melihat, Ibu, Bu de dan sang Adik sigap dengan tugas nya masing masing,saya melakukan sebisa saya untuk membantu keluarga tersebut. Terus terang meski saya sering mendengar penyakit ini, saya baru pertama kali melihat penderitanya langsung. Saya melihat sang Kakak begitu menderita, terlebih sang Ibu. Tapi saya begitu tersentuh dengan ketegaran sang Ibu, saya tersentuh dengan dukungan Adik dan Bu de, saya lebih tersentuh dengan kekuatan sang Kakak, dalam kondisi seperti ini dia tidak menyerah karena penyakit yang di deritanya, dia terus berbuat, memperkaya diri , menuntut ilmu dan menularkan semangat itu ke keluarga nya walaupun resiko kambuh di tempat umum sangat besar, itu alasan mengapa Ibu selalu menemani Kakak ke kampus , dan perjuangan itu hampir membuah kan hasil, saat ini sang Kakak sedang menyusun skripsi nya. Hari itu saya pulang dengan renungan dan berkata pada diri sendiri,  Sakit mu bukan apa- apa dan  tak seberapa.. Jika kamu merasa jenuh akan proses penyembuhan mu, maka  berkacalah pada  sang “Kakak" dan keluarga ,yang begitu luar biasa.

Di balik Senyuman yang khas , di balik keramahan  di alam nyata maupun  dunia maya, ternyata ada sebuah rahasia yang tersimpan rapi, perlu kekuatan besar untuk menampilkan diri seperti tidak ada masalah, saat mengetahui diri dalam keadaan tidak baik baik saja. Satu lagi Guru untuk saya. Sempat saya bertanya  tentang kondisi nya ketika  saya berkunjung ke rumah nya , karena saya lihat agak pucat dan lelah. Tapi dia tetap mengatakan Saya baik baik saja ” tak ketinggalan senyum khas nya. Dan waktu pun berlalu, satu bulan tak bertemu . hari ini saya dan beberapa sahabat saya berkesempatan  datang lagi untuk melihat kondisi nya, ketika pertama kali memasuki rumah nya, saya melihat kursi roda, apa yang terjadi....!? belum habis rasa heran saya..  Astagfirulloh.. ia  sedang terbaring lemah di kamar nya, dada sebelah kanan nya nampak lebih besar dan keluar rembesan cairan kuning, bicara nya sudah tidak fokus, Yaaa Ghofuur..... kanker telah bersarang lama di tubuh nya. Saya masih tak percaya ini, ingatan saya langsung mundur ke belakang, bahwa selama ini dia berjuang dengan tegar melawan penyakit nya, dia  berusaha tampil biasa saja, tak menyiratkan ada beban besar yang sedang di rasakanya. Lalu dia pun tetap memberikan senyum yang seperti biasa saat kami datang,  hal itu semakin membuat kami  sedih sebagian lagi langsung keluar kamar karena khawatir air mata terlihat oleh nya.  Saya yakin, dari kami semua yang berkesempatan datang ke rumah nya hari ini, berdoa dalam hatinya masing –masing , bagaimanapun redaksi nya, saya yakin doa itu tulus demi kebaikan sahabat kami yang telah tegar dan bersabar menghadapi Musibah ini.

Hari ini saya pulang dengan renungan kembali, dan kembali berkata pada diri sendiri,  Sakit mu bukan apa- apa dan tak seberapa... Jika kamu merasa jenuh akan proses penyembuhan mu, Ingat lah bagaimana sahabat mu berjuang keras melawan penyakit nya tanpa harus kehilangan senyuman .


Terpanjat  Doa tulus untuk Kedua Guru Istimewa saya
Semoga Alloh mengangkat penyakit “Kakak’ dan “Sahabat” , Semoga Alloh mengampuni dosa dosa yang telah lalu dan yang akan datang. ( Allohumma Amin )



4 February 2015

By Moolida



No comments:

Post a Comment