Hampir satu tahun saya harus menjalani ini, bulak balik ke rumah
sakit menjalani serangkaian terapi , merasakan lama menunggu giliran mendapat
pelayanan dokter ,atau merasakan sakit
nya di sengat lebah dan pijatan di klinik pengobatan alternative, juga harus disiplin olah raga demi mendapatkan
kesembuhan. Jenuh ? ya . apalagi mengingat biaya untuk penyembuhan penyakit HNP
atau syaraf kejepit bagi saya tidak murah, tapi dukungan keluarga terutama
suami saya begitu besar dan karena rasa
cinta saya pada anak begitu tak terlukiskan, itu yang membuat saya menjalani ini dengan semangat dan mudah
mudahan ikhlas, semoga sakit saya menjadi penggugur dosa-dosa saya yang telah
lalu dan yang akan datang .
Pertemuan yang tak di sengaja tapi pasti itu skenario Alloh,
pertemuan pertama yang dramatis dan menjadi teguran untuk saya pribadi , juga
pertemuan yang amat saya syukuri karena saya telah memiliki guru baru. Guru itu
adalah sebuah keluarga, Ibu, Kakak, Adik dan sang Bu de yang dalam kesempitan
nya mereka semua semangat menuntut ilmu. karena mereka yakin dengan pertolongan
Alloh. Mengapa saya katakan mereka dalam kesempitan?. Setelah semua peserta
memperkenalkan diri dan mendapat tausiyyah dari mentor yang menyemangati. Tiba
tiba sang kakak dari “keluarga” itu jatuh pingsan lalu mengalami kejang-kejang,
dari gejalanya saya bisa menyimpulkan Kakak itu mengidap epilepsy. Awal nya
sang menthor dan peserta lain termasuk saya panik luar biasa namun saya dapat melihat mereka
(keluarga )sudah terbiasa dengan situasi seperti itu, saya bisa melihat, Ibu, Bu de dan sang Adik sigap dengan tugas nya masing masing,saya melakukan sebisa
saya untuk membantu keluarga tersebut. Terus terang meski saya sering mendengar
penyakit ini, saya baru pertama kali melihat penderitanya langsung. Saya melihat
sang Kakak begitu menderita, terlebih sang Ibu. Tapi saya begitu tersentuh
dengan ketegaran sang Ibu, saya tersentuh dengan dukungan Adik dan Bu de, saya
lebih tersentuh dengan kekuatan sang Kakak, dalam kondisi seperti ini dia tidak
menyerah karena penyakit yang di deritanya, dia terus berbuat, memperkaya diri
, menuntut ilmu dan menularkan semangat itu ke keluarga nya walaupun resiko
kambuh di tempat umum sangat besar, itu alasan mengapa Ibu selalu menemani
Kakak ke kampus , dan perjuangan itu hampir membuah kan hasil, saat ini sang
Kakak sedang menyusun skripsi nya. Hari itu saya pulang dengan renungan dan
berkata pada diri sendiri, Sakit mu bukan apa- apa dan tak seberapa.. Jika
kamu merasa jenuh akan proses penyembuhan mu, maka berkacalah pada sang “Kakak" dan keluarga ,yang begitu luar biasa.
Di balik Senyuman yang khas , di balik keramahan di alam nyata maupun dunia maya, ternyata ada sebuah rahasia yang
tersimpan rapi, perlu kekuatan besar untuk menampilkan diri seperti tidak ada
masalah, saat mengetahui diri dalam keadaan tidak baik baik saja. Satu lagi
Guru untuk saya. Sempat saya bertanya tentang kondisi nya ketika saya berkunjung ke rumah nya , karena saya
lihat agak pucat dan lelah. Tapi dia tetap mengatakan “Saya baik baik saja ” tak
ketinggalan senyum khas nya. Dan waktu pun berlalu, satu bulan tak bertemu .
hari ini saya dan beberapa sahabat saya berkesempatan datang lagi
untuk melihat kondisi nya, ketika pertama kali memasuki rumah nya, saya melihat kursi roda, apa yang terjadi....!? belum habis rasa heran saya..
Astagfirulloh.. ia sedang terbaring
lemah di kamar nya, dada sebelah kanan nya nampak lebih besar dan keluar rembesan cairan kuning,
bicara nya sudah tidak fokus, Yaaa Ghofuur..... kanker telah bersarang lama di tubuh nya.
Saya masih tak percaya ini, ingatan saya langsung mundur ke belakang, bahwa
selama ini dia berjuang dengan tegar melawan penyakit nya, dia berusaha tampil biasa saja, tak menyiratkan ada
beban besar yang sedang di rasakanya. Lalu dia pun tetap memberikan senyum yang
seperti biasa saat kami datang, hal itu semakin membuat kami sedih sebagian lagi langsung keluar kamar karena khawatir air mata terlihat oleh nya. Saya yakin, dari kami semua
yang berkesempatan datang ke rumah nya hari ini, berdoa dalam hatinya masing
–masing , bagaimanapun redaksi nya, saya yakin doa itu tulus demi kebaikan
sahabat kami yang telah tegar dan bersabar menghadapi Musibah ini.
Hari ini saya pulang dengan renungan kembali, dan kembali berkata
pada diri sendiri, Sakit mu bukan apa- apa dan tak seberapa... Jika kamu merasa jenuh akan proses penyembuhan mu, Ingat lah bagaimana
sahabat mu berjuang keras melawan penyakit nya tanpa harus kehilangan senyuman .
Terpanjat Doa tulus untuk Kedua Guru Istimewa saya
Semoga Alloh mengangkat penyakit “Kakak’ dan “Sahabat” , Semoga
Alloh mengampuni dosa dosa yang telah lalu dan yang akan datang. ( Allohumma
Amin )
4 February 2015
By Moolida
No comments:
Post a Comment